src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">
src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">
Baca Juga
Menelusuri Jejak Islam di Tanzania
Yes Muslim - Menurut Mark Horton dan John Middleton dalam The Swahili: The Social Landscape of a Mercantile Society, bukti nyata awal kehadiran Muslim di Afrika Timur adalah fondasi sebuah masjid di Shanga di Pulau Pate. Dalam sebuah penggalian tahun 1980-an, di lokasi tersebut ditemukan koin emas, perak, dan tembaga dengan keterangan tahun 830 M.
Sedangkan sebuah bangunan utuh tertua di Afrika Timur adalah sebuah masjid yang masih berfungsi di Kizimkazi, sebelah selatan Zanzibar, dan berketerangan tahun 1007 Masehi. Dalam Majoritetens Islam (Stockholm, 1994) disebutkan, Islam diperkirakan tersebar luas di daerah Samudra Hindia pada abad XIV.
Ketika Ibnu Batuta, seorang musafir Muslim dari kawasan Maghrib, mengunjungi pesisir Afrika Timur tahun 1332, ia menuliskan bahwa Islam di sana membuatnya merasa seperti di rumah sendiri. Sebagian besar masyarakat di pesisir waktu itu adalah Muslim dengan Arab sebagai bahasa sastra dan perdagangan.
Seluruh Samudra Hindia, menurut Ibnu Batuta, seolah menjadi "Laut Muslim" di mana Muslim menguasai perdagangan dan mendirikan permukiman pesisir di Asia Tenggara, India, dan Afrika Timur.
Ali membeli pulau Kilwa dari seorang raja kelompok etnis Bantu, Almuli, dengan imbalan kain berwarna sebanyak bisa menutupi seluruh lingkar pulau tersebut. Menurut sejarah, Ali kemudian menjadi sultan pertama Kilwa pada tahun 957. Kesultanan ini berakhir pada 1506, tujuh tahun setelah Portugis berkuasa di Kilwa.
Islam tersebar di Afrika Timur melalui kegiatan perdagangan di sepanjang pantai, bukan melalui ekspansi wilayah dan penaklukan seperti yang terjadi di Afrika Barat. Abdulaziz Y Lodhi dan David Westerlund (1997) dalam African Islam in Tanzania, menyebutkan, ketika kekerasan oleh Portugis terjadi di daerah pesisir pada abad XVI, Islam di kawasan pantai telah kokoh.
Hampir seluruh keluarga penguasa memiliki hubungan kekerabatan dengan Arab, Persia, India, dan bahkan Asia Tenggara sebagai dampak dari kontak maritim dan koneksi politik yang terjalin. Karena itu, pada akhir abad XVII dan awal abad XVIII, umat Islam berhasil mengusir Portugis dengan bantuan Omani Arab.
Orang Arab kemudian secara bertahap meningkatkan pengaruh politik mereka hingga akhir abad XIX ketika penakluk Eropa tiba di pantai Afrika Timur. Namun, Abdulaziz Y Lodhi dalam tulisannya, Muslims in Eastern Africa-Their Past and Present yang dimuat dalam Nordic Journal of African Studies (1994), meragukan bahwa Islam dibawa ke Afrika Timur, melainkan membawa pengaruhnya kepada orang-orang di luar Afrika Timur.
Ia mengatakan bahwa mengakui praktik Islamisasi di Afrika Timur sebagai praktik yang dilakukan orang-orang Arab adalah pernyataan yang ironis. Abdulaziz menambahkan, Islam tidak meng-Arab-kan Afrika Timur. Sebaliknya, ia melihat bahwa para imigran Arab yang berdagang di pantai Afrika Timur dan segala praktik keislaman pada masa itu di-Afrika-kan dan di-Swahili-kan.
Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa orang-orang Arab yang masuk ke Afrika Timur akhirnya berbicara, berpakaian, dan makan dengan cara orang Swahili. Dengan demikian, Islam ditegaskan bukan sebagai sebuah agama asing yang masuk ke Afrika Timur, melainkan sebuah agama lokal yang telah lama berkembang di sepanjang garis pantai Swahili, termasuk di Kilwa dan Zanzibar, yang kini menjadi bagian dari Tanzania.
Disarikan dari Pusat Data Republika
Tanzania, Rumah Muslim Terbesar di Afrika Timur
Tanzania merupakan sebuah negara di Afrika Timur yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di bagian timur. Ia terbentuk dari penyatuan dua wilayah berdaulat, yakni Tanganyika dan Zanzibar. Tak heran, jika negara itu memiliki daratan terluas di Afrika Timur. Negara itu memiliki tiga kawasan fisiografi, yakni kepulauan dan dataran pantai di sebelah timur, plato pedalaman berbetuk piring, dan sejumlah dataran tinggi.
Sedangkan di Pulau Zanzibar, wilayah yang menyimpan sejarah kesultanan Islam menjelang akhir abad XIX, lebih dari 99 persen penduduknya adalah Muslim. Dalam tulisan bertajuk Muslim University in Tanzania; Combating Discrimination in Their Own Country, disebutkan, Tanzania kerap dianggap sebagai negara Kristen. Padahal, negara tersebut justru menjadi rumah bagi populasi Muslim terbesar di Afrika Timur.
Laman Wikipedia menyebutkan, dari total pemeluk Islam, sebanyak 80 hingga 90 persen di antaranya merupakan Muslim Sunni, sementara sisanya merupakan keturunan Asia adalah Muslim Syiah. Sebagian besar Muslim Syiah adalah orang-orang keturunan Asia.
International Religious Freedom Report: Tanzania memaparkan bahwa Konstitusi Tanzania memberikan kebebasan beragama. Pemerintah menghormatinya sebagai hak. Namun, sejak setelah 1967, survei agama dihapuskan dari laporan sensus pemerintah sehingga saat tidak ada data yang benar-benar aktual dan akurat diketahui perbandingan jumlah Muslim dan non-Muslim di Tanzania.
Di Kota Morogoro, terdapat sebuah universitas Islam yang hampir separuh dari 1.500 mahasiswanya adalah perempuan muda. Tak diketahui secara jelas apakah mereka Muslim ataupun bukan. Yang jelas, semua mahasiswa perempuan diwajibkan mengenakan kain penutup kepala di lingkungan kampus.
Tentang keberadaan Tanzania, Abdulaziz menekankan perhatian pada situasi beragama di Zanzibar. Dalam Muslims in Eastern Africa-Their Past and Present, Zanzibar digambarkan sebagai sebuah kawasan berpenduduk hampir 100 persen Muslim yang terus menjalankan pengaruh Islam di Afrika Timur sejak awal abad XX.
Di Tanzania, semua hari libur kaum Muslim menjadi hari libur nasional, seperti juga hari-hari libur umat Kristen. Namun, lebih dari itu, di Zanzibar bulan Ramadhan diakui sebagai bulan suci, restoran dan kafe tutup hingga menjelang petang. Hingga menjelang awal abad XXI, merokok, makan, dan minum di jalan atau tempat umum dipandang sebagai perbuatan tabu dan para pemabuk dikenai denda.
Disarikan dari Pusat Data Republika
Jejak Kesultanan Zanzibar
Berbicara tentang Islam di Tanzania berarti membicarakan kesultanan di Zanzibar (sebuah pulau yang kini menjadi bagian wilayah Tanzania). Sebab, Tanzania merupakan gabungan dua wilayah berdaulat, Tanganyika dan Zanzibar.
Keduanya bergabung pada 1964 dengan nama United Republic of Tanganyika and Zanzibar. Pada tahun yang sama, kedua nama republik tersebut dilebur dan nama kesatuan itu berubah menjadi Republic of Tanzania atau Republik Tanzania.
Tak hanya Kilwa, Zanzibar merupakan sebuah kesultanan Islam yang berdiri menjelang akhir abad XIX. Dalam Countries of the World and Their Leaders (United States Department of States, 1975), disebutkan bahwa Zanzibar memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Inggris sebagai sebuah negara monarki konstitusi pada 10 Desember 1963. Pada 1964 menjadi akhir kesultanan Zanzibar, yang kemudian disusul berdirinya Tanzania pada tahun yang sama.
Adapun Tanganyika merupakan sebuah negara koloni Inggris selama periode 1919 sampai 1961. Dalam bahasa Swahili, "tanga" berarti berlayar dan "nyika" berarti "alam rimba" sehingga Tanganyika adalah "berlayar di alam rimba".
Pada 1961, wilayah tersebut mendapatkan kemerdekaan dari Kerajaan Inggris menjadi sebuah negara republik dengan tetap menjadi negara persemakmuran.
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
Tanzania, Rumah Muslim Terbesar di Afrika Timur, Ini Jejak Islam dan Kesultanan Zanzibar
4/
5
Oleh
Ramadhan